Bagi para fellow Jakartans, pasti pernah menemui para
penggiat sumbangan, entah itu di trotoar, jembatan penyebrangan, di mall atau dimana
pun, tapi mostly di trotoar, jembatan penyeberangan atau di mall. Entah itu
UNICEF, WWF, Greenpeace, yang minta sumbangan soal anak-anak, penyakit,
lingkungan, apapun lah segala masalah di muka bumi ini. Masalah-masalah yang
mengerikan dan tidak manusiawi, akan tetapi apakah itu membuat kita para kaum
beruntung ini boleh diterror di ruang aman kita? Warning, I am going to be such
a selfish bitch in this post.
Gak usah ngomongin para pengemis dan anak jalanan lah ya,
yang kalau kata salah satu teman saya mereka “nyari makan dengan cara gangguin
orang makan”. Kita bisa nggak habis-habis ngebahas soal itu yang masalahnya
berlapis-lapis kayak bawang. Saya mau ngomongin para peminta sumbangan untuk
organisasi-organisasi penggiat kemanusiaan atau lingkungan yang lebih mapan.
Ok, nggak ada salahnya dengan mencari sumbangan, sumbangan
itu dibutuhkan agar organisasi tetap bisa berjalan dengan kegiatannya. Tetapi
masalahnya dengan menodong sumbangan di trotoar, jembatan penyeberangan atau
mall adalah, Anda sebetulnya nggak tau siapa yang Anda todong.
Sebagai contoh, saya sendiri. Saya kerja di bidang kehutanan
dan lingkungan meskipun perusahaan tempat saya kerja profit oriented.
Terkadang, kami kerja buat NGO. NGO membayar kami untuk melakukan berbagai
pekerjaan yang penting untuk menyelamatkan hutan di Indonesia (du du du du du
du du…. :p). Jadi, bayangin ketika saya dihentikan oleh para penggiat sumbangan
dari WWF atau Greenpeace, yang bahkan kadang orangnya bukan dari WWF atau
Greenpeace sendiri, akan tetapi sales person yang mereka bayar aja, untuk DIKULIAHI
soal keadaan mengenaskan hutan atau binatang di Indonesia (seriously?!) terus
ditodong menyumbang (dengan pushy) untuk dana project mereka (seriously?!).
Terus gimana kalau ditodongnya untuk hal lain, seperti
anak-anak, pendidikan atau kesehatan. Excuse lain yang saya punya untuk hal ini
adalah, well, ada begitu banyak masalah di muka bumi ini dan saya udah memilih
satu (atau dua, atau tiga). Tidakkah saya berhak untuk boleh nggak memusingkan
masalah lain dan membiarkan orang lain memecahkannya? Bukan berarti saya nggak
mendukung lho, tapi resource masing-masing orang terbatas, dan mau nggak mau
kita harus set prioritas. Nggak mungkin kita mau memecahkan semua masalah di
muka bumi ini.
Hal lain adalah, apakah project-project si NGO itu sesuai
dengan aspirasi kita dalam memecahkan masalah? Sebagai contoh, waktu itu saya
pernah ditodong NGO yang ngurus anak jalanan (atau anak-anak yang nggak
diinginkan, something like that, gw lupa) dengan memberikan mereka tempat
berlindung, sekolah, yada yada. Pokoknya dari speech si orang itu, inti
masalahnya yang gw tangkep adalah: orang-orang nggak mau KB, dan bahwa project
si NGO ini adalah taking care of irresponsible people’s shit. Yes, they need to
be taken care of, tapi enak banget yah, dan tidakkah ini membuat mereka jadi
tetap irresponsible? Jadi gw tanya, gimana dengan sosialisasi soal KB, apakah
termasuk dalam program? Dia bilang enggak.
I know what you’re probably thinking, kalo nggak mau
nyumbang ya udah yu, nggak usah nyumbang, ngapain complain panjang lebar begini
sih! Well, kalau Anda adalah salah satu orang yang pernah disetop orang-orang
ini, Anda akan tahu betapa nggak nyamannya situasi yang Anda hadapi.
Pertama: Anda harus berhenti dan mendengarkan kuliah,
padahal Anda lagi buru-buru, sibuk atau lagi santai nggak mau mikirin masalah
dunia, karena dari Senin sampai Jumat Anda udah sibuk mikirin masalah dunia.
Kuliah yang terkadang Anda nggak perlukan.
Kedua: Cara nodong sumbangannya nggak manusiawi. Sama sekali
tidak menerapkan prinsip free, prior, informed consent. Setengah dipaksa, Anda
berada di bawah tekanan untuk menyumbang, dan berada dalam posisi awkward untuk
bilang Anda nggak mau, dan Anda diminta menjelaskan kenapa Anda nggak mau
menyumbang. Whaaaat?
Ketiga: kalaupun Anda berhasil menolak untuk dihentikan,
udah pasti itu dengan cara yang nggak sopan. Anda dipaksa untuk kasar dan nggak
sopan sama orang, dalam hal ini, si sales person tersebut.
Yep, yep, all petty little problems yang kita kaum beruntung
ini harus alami. Kita yang bukan spesies orangutan dan kita yang bukan anak
jalanan ini. Menghadapi 10 menit awkward moment di jalanan! Oh! :D
Ada banyak masalah dengan menyumbang. Kalau kita udah kenal
dengan yang namanya akuntabilitas (yaiks), kita akan khawatir tentang; bener
nggak duit sumbangan dipake buat project, bener nggak project memberikan impact
yang positif, bagaimana cara saya memeriksa semua itu? Sedangkan ini adalah
salah satu hal yang tidak pernah ditawarkan oleh para penodong itu: How do I
check on you?
Jadi sebetulnya masalah saya adalah, selain metode pemaksaan
yang diterapkan orang-orang sales itu, mereka tidak memberikan informasi yang
justru penting. Ok, tolong kasih tau: uang saya ini mau dipakai untuk apa
persisnya (kegiatan apa, dimana), kenapa project itu penting dilakukan, dan
bagaimana saya memeriksa larinya uang saya dan juga performance Anda?
Metode memaksa juga buat saya sangat nggak asik. Bisa nggak
sih saya cukup dikasih informasi, bagaimana caranya saya menyumbang yang paling
gampang (dan semoga tidak berupa charge bulanan di kartu kredit saya), silakan
menyumbang jika saya mau, kalau mau pulang dulu dan pikir-pikir silakan, dan
tidak ditodong on the spot seperti itu. Saya pikir itu akan sangat mengurangi
ketidaknyamanan orang, dan orang akan lebih ikhlas mendengarkan “kuliah” yang
ditawarkan, dengan mengetahui bahwa kebebasan masih kita miliki dan tidak terenggut ketika kita dihentikan dan mendengarkan kuliah tersebut. (Tentunya ini banyak berhubungan dengan metode “target” yang
diterapkan saat meng-hire orang-orang sales).
Tidakkah itu membuat semua orang lebih nyaman? Atau apakah
itu mengurangi jumlah sumbangan yang dikumpulkan?
Ada juga yang sepemikiran ama gw.cuman gw nambahin opini sendiri aja.
ReplyDeleteKenapa musti panjang lebar ngoceh awal minta waktu 5 menit tp kan boong ujung ujungnya bisa sejam kali kalau kita nya dengerin Ama ngerespon tanya jawab pertanyaan.
Kenapa ga langsung to the point' aja ga usah ngehadang jalan pake kalimat basa basi.langsung aja teriak bilang dipinggir jalan.
Donasi WWF mari yang peduli!!
totslly agree.. dan saya benci ditelfon berpuluh2 kali sehari untuk dimintai sumbanganmeski maksundnya baik
ReplyDelete