Yoga dan pilates amat sering dibandingkan dan dianggap mirip
satu sama lainnya. Saya sendiri awalnya nggak ngerti bedanya apa, well…sampai
sekarang juga nggak ngerti-ngerti amat sih bedanya apa, secara saya juga bukan
instruktur yoga apalagi pilates. Jadi mendingan Anda nggak usah jadi baca
tulisan ini deh, hehehe. Tulisan ini bukanlah pendapat ahli, hanya refleksi
pengalaman dari orang awam yang pernah mencoba dan mempraktikan kedua jenis
olah tubuh ini ditambah kegemaran meng-google dan membaca-baca. Tulisan ini
juga bukan dimaksudkan untuk memberikan opini berimbang karena saya jelas-jelas
penggemar yoga.
Pengalaman saya mencoba yoga dan pilates adalah di kelas
salah satu gym yang pernah saya jajal kira-kira 4 tahun yang lalu. Saat mencoba
kedua kelas ini, saya berada dalam kondisi tidak fit; nggak pernah olahraga,
makan tidak diatur baik jumlah maupun jenisnya, dan usia juga membuat saya makin
kehilangan metabolisme tubuh yang baik. Pertama dicoba, kelas yoga. Perasaan
selama kelas adalah ngos-ngosan, keringetan dan otot jerit-jerit karena dipaksa
kerja, dan tentunya saya pingin banget nonjok si instruktur yang perilakunya
tenang macam air itu. Tapi setelah kelas, wuaah, kok rasanya badan enak dan
lega ya, semua otot rasanya terrenggang dengan baik. Minggu depannya, nyoba
kelas pilates. Ternyata kelas ini lebih bikin nangis, tapi saya nggak berani
kepingin nonjok si instruktur, soalnya doski adalah alpha female yang sangat
galak. Sepanjang kelas perintah-perintahnya ala ospek senior yang kalo di
antrop UI, dinamakan “pos bangsat” dan doski juga nggak ragu-ragu ngatain “gendut”,
“badannya berat sih”, dan “abis ini makannya kwetiau goreng ya”. Saya cinta
banget sama si instruktur ini! :D Keringet
mengucur super deras, dan setelah kelas rasanya otot sakit semua dan capek.
Lalu….besoknya otot paha saya super sakit dan saya nyaris nggak bisa jalan
apalagi naik turun tangga selama 2 hari. Dua hari itu saya jalan dan naik turun
tanggal kayak nenek-nenek. Pengalaman tak terlupakan.
Waktu berlalu, saya berhenti nge-gym, lalu mulai lagi, lalu
berhenti lagi, lalu mulai lagi. Kali ini dengan kekuatan penuh; les dansa,
rutin treadmill + strength training, plus yoga seminggu sekali karena kebetulan
ada kawan-kawan yang ngajakin untuk patungan manggil instruktur yoga.
Pengalaman yang dirasakan masih sama, sepanjang kelas mau nangis dan keringet
bercucuran, tapi setelahnya badan terasa enak, lega dan ringan. Saya
bersemangat banget ikutan yoga karena saudara-saudara, saya payah banget di
dansa karena tidak punya postur, keseimbangan dan core strength yang baik.
Lalu, ngobrol-ngobrol dengan kawan saya si dokter olahraga,
dia menyarankan untuk melakukan pilates aja kalau memang tujuannya untuk
memantapkan kebisaan berdansa. Senam pilates memang banyak digunakan oleh penari karena berfokus pada postur, keseimbangan dan terutama sekali adalah core
strength. Jadi…saya mencari di youtube, video pilates untuk pemula. Mencari video
instruksi senam adalah kebiasaan baru yang saya lakukan dan sudah saya lakukan
untuk yoga, buat nambah-nambah rutinitas sama instruktur sekali seminggu. Terus
ketemu lah satu video pilates untuk pemula yang kemudian saya praktikan. Dan
yak, perasaannya masih sama. Otot-otot, terutama otot perut, paha dan pantat
berasa dihajar bener (padahal cuma setengah jam latihannya), dan di akhir
latihan, rasanya cuma bete dan sakit.
Pilates juga menggunakan alat untuk membantu allignment tubuh www.pilatesofdunwoody.com |
Berdasarkan pengalaman melakukan latihan pilates (yang cuma
2 kali itu), dan yoga, kalau boleh saya membandingkan, di yoga jauuh lebih
banyak perenggangan, sedangkan di pilates jauuuh lebih banyak crunching (maaf
saya nggak bisa nemukan padanan dalam bahasa Indonesia, apa ya,
pengkontraksian? Pengerasan?) otot. Itu aja sih beda utama yang saya rasakan,
dan itulah mengapa di akhir kelas yoga tubuh terasa lega, sedangkan di akhir
kelas pilates tubuh terasa..uhm, sakit. Pilates juga jauh lebih fokus pada kekuatan
otot perut, paha dan pantat karena orientasinya pada core strength, sedangkan
yoga melatih berbagai otot, dari segi kekuatan dan juga fleksibilitasnya.
Hm, sebelum saya membahas lebih jauh lagi, sebagai latar
belakang, yoga yang saya lakukan adalah hatha/power/vinyasa yoga dan juga
ashtanga (versi introduction). Ini adalah jenis-jenis yoga yang relatif berfokus
pada gerakan fisik, jadi saya tidak merapal mantra, meditasi, bahkan tidak
melakukan pernapasan yang macam-macam, hanya ujayi saja. Akan tetapi bahkan
dengan mempraktikan yoga jenis ini saja saya merasakan pendekatan yoga lebih “spiritual”
dibandingkan pilates. Yoga mendekati tubuh secara lebih halus, memahami tingkat
keadaan tubuh, “memaafkan” tubuh jika belum mampu mencapai sebuah pose (tiap
pose ada tingkatan mudah hingga sulit), melatih tubuh secara perlahan dan fokus
pada pernapasan dan kesadaran mendalam (inner awareness). Sementara pilates lebih
“memecut” tubuh untuk dapat mencapai sebuah kondisi tertentu; core yang kuat,
postur yang benar, keseimbangan yang baik. Inilah mengapa bagi tubuh-tubuh yang
tidak fit, latihan pilates bisa terasa amat menghajar. Tapi siapa tahu, latihan
pilates bisa sangat memuaskan bagi tubuh yang sudah relatif fit dan membutuhkan
tantangan. Kalau aja gratis, saya sih mau aja nanti nyoba-nyoba pilates lagi,
hehe.
Yoga sangat lekat dengan ilmu spiritualitas asal Timur (India) www.guideyoga.org |
Jadi kesimpulannya, yoga dan pilates beda kan?
Tapi enggak ada salahnya kalau mau melakukan keduanya, karena keduanya
sebetulnya saling mendukung dan tidak berkontradiksi. Lakukan mana yang paling
sesuai dengan kebutuhan dan sifat Anda.
No comments:
Post a Comment