Siapapun yang bilang bahwa "gerakan yoga itu udah ada di
dalam shalat", bakalan ane fentung!
Apakah shalat menyuruh Anda melakukan gerakan ini
Locust Scorpion Pose www.fitsugar.com |
Peacock pose www.yogaposeweekly.com |
Atau ini
King Pigeon Pose www.fitsugar.com |
Sebagai seorang yogi yang meskipun pemula (enggak, gw gak bisa melakukan pose-pose di atas) tapi sedang
tekun-tekunnya mempraktikan yoga, dan bener-bener merasa “dihajar” tiap habis
sesi latihan (saat ini deltoid dan quad gw lagi sakiiiiit abis yoga kemarin), saya tiba-tiba sebal ketika teringat bahwa ada yang bilang bahwa “gerakan
yoga udah ada di dalam shalat”.
Apanya!
Usut punya usut (google punya google), ternyata pernyataan
itu asal muasalnya adalah dari sebuah buku berjudul Ketika Dokter Memaknai
Shalat yang ditulis oleh dr. Bahar Azwar SpB Onk. Saya nggak tau sih isi buku
itu apa, tapi usut punya usut (google punya google) poin-poin penting dapat
ditemukan di blog ini.
Ah! Tipikal cocologi Islam. Cocologi, atau yang istilah
kerennya Bucailleism adalah usaha untuk mencocok-cocokan agama (khususnya
Islam), atau kitab suci (khususnya Qur’an) dengan fakta-fakta ilmiah. Kegiatan
ini dipelopori oleh Maurice Bucaille dengan mempublikasikan buku berjudul The
Bible, The Qur’an and Science yang bahwa pernyataan dalam Qur’an tidak
berkontradiksi dengan sains dan bahwa isi Qur’an sesuai dengan fakta-fakta
ilmiah. Ada banyaaaak sekali cocologi yang kita temui, dari yang “serius” tentang
Teori Big Bang yang katanya sudah ada di Qur’an, perkembangan embrio yang
katanya sudah ada di Qur’an, bumi bulat, 7 lapisan langit, sampai yang “aneh-aneh”
kayak gambar satelit mengkonfirmasi bulan pernah terbelah, daging babi bahaya
buat kesehatan, atau Neil Armstrong mendengar azan di bulan (eh itu masuk cocologi
bukan yah?). Anyway, list cocologi (beserta debunk-nya) bisa ditemui di sini.
Mengutip blog ini, ada dua kata kunci dalam membahas
cocologi; prediksi dan postdiksi. Cocologi adalah ilusi mereka yang merasa
sedang melakukan prediksi, padahal sedang melakukan postdiksi. Temuan ilmiahnya ada dulu, baru kemudian diklaim cocok
dengan kitab suci. Akan tetapi tidak pernah, berdasarkan kata-kata dari kitab
suci, kemudian menghasilkan penemuan. Ya jelas, karena metode ilmiah harus
mendasarkan hipotesis dari fakta dan fenomena yang diamati, baru kemudian
melakukan berbagai pengujian untuk mengkonfirmasi hipotesis. Lalu ingat, bahwa
sains selalu dapat dikoreksi. Sekarang misalkan sebuah teori sains sudah
dianggap “sesuai” dengan sebuah ayat. Eh, tau-tau ternyata ada ilmuwan yang
kemudian menemukan bahwa teori tersebut salah, dan menemukan fakta baru dengan
penelitian yang dilakukannya. Lalu bagaimana? Sedangkan kitab suci semestinya
berisi kebenaran absolut.
Ada banyak sekali orang yang senang dengan cocologi. Mereka
tidak punya maksud jahat. Mereka tentu senang mendapat konfirmasi bahwa kitab
suci agama yang dianutnya adalah benar, bahkan superior. Ini membuat mereka
semakin semangat beribadah dan semakin yakin dengan kepercayaannya. Bagaimana
bisa disalahkan? Akan tetapi di sini sains yang menjadi korban. Saya yang cuma
urusan yoga aja bisa sebal, apalagi ilmuwan seperti Copernicus, Newton dan
Einstein. Seperti saya yang lagi kesakitan otot hamstring dari latihan yoga,
para ilmuwan ini bekerja keras untuk penemuannya. Sementara para cocolog
meng-klaim kemenangan dengan mengatakan “oh itu sudah lebih dulu disebut di
kitab suci”, sementara tidak satu pun pencapaian sains yang diapat dengan
menggunakan kitab suci.
Ada baiknya berhenti melakukan cocologi meskipun
kita pikir itu harmless. Kalau masih butuh konfirmasi sains dan pengakuan dari
orang lain, mungkin Anda harus merenungkan kembali iman Anda. Anda shalat
karena butuh olahraga atau karena perintah agama? Anda nggak makan babi karena
takut cacingan atau karena perintah agama? Soal kenapa agama memerintahkan
demikian, apakah Anda berhak mempertanyakan itu? Apakah Anda berani menilai
kebenaran perintah Tuhan?
Balik ke yoga dan shalat, ada statement hebat di situ yaitu “shalat
lebih canggih daripada yoga”. Masalahnya, lebih canggih dengan cara yang
bagaimana itu tidak dijelaskan. Nah, kenapa saya nggak setuju. Ada beberapa hal
Pertama dari segi stretching…. Serius nih mau ngebandingin
shalat sama yoga? Mendingan nggak usah kali ya?
www.athomeyoga.typepad.com |
Gerakan Shalat http://fitrianijafar.blogspot.com/2012/11/sunnah-sunnah-shalat.html |
Sun Salutation www.yogavibes.com |
Bisa dilihat bahwa dalam sun
salutation ada gerakan plank yang menantang core muscle, push up yang menantang
lengan dan bahu, warrior yang menantang otot paha dan betis. Lebih jauh lagi, dalam yoga, cara melakukan pose benar-benar diperhatikan agar benar, dan semua otot diperhatikan dan dipakai. Dan mengapa muscle
endurance and strength itu penting? Karena otot kuat, maka metabolisme tubuh
semakin baik. Lebih jauh lagi, beberapa pose (yang tidak ada dalam shalat) bisa
merangsang kelenjar hormon untuk berfungsi lebih baik. Dalam hal metabolisme misalnya,
pose shoulder stand merangsang kelenjar thyroid yang menjalankan metabolisme.
Ketiga, balance. Shalat tidak melatih balance Anda.
Crow Pose www.espn.go.com |
Keempat, pernapasan. Di yoga, napas adalah satu-satunya yang
bisa membuat bertahan. Kalau Anda nggak bisa atur napas dengan baik, wassalam. Berbagai
pose dalam yoga membantu untuk lebih “terkoneksi” dengan pernapasan dan
bagaimana napas mempengaruhi keadaan tubuh dan kesadaran, karena hanya dengan
mengatur pernapasan lah kita bisa mencapai pose tersebut.
Hummingbird Pose www.fitsugar.com |
Kelima, manfaat cardio. Pernah ngos-ngosan karena shalat? Saya sih enggak. Tapi kalau yoga...hmm bisa sampe muka merah, netes-netes, ngos-ngosan, ampe matnya licin dah!
So, maaf ya kalau saya nggak setuju bahwa shalat lebih canggih daripada yoga. Shalat adalah shalat. Shalat adalah ibadah dan bukan olahraga, dan apakah ibadah butuh pembenaran? *elus-elus jenggot. Kalau nggak mau yoga ya nggak usah, nggak apa-apa, tapi juga nggak usah klaim bahwa "gerakan yoga udah ada di dalam shalat" apalagi lebih canggih. Bikin sebel tauk.
Catatan: Argumen mengenai cocologi saya dapat dari kawan-kawan rahasia saya di dunia maya. You probably know who you are.
So, maaf ya kalau saya nggak setuju bahwa shalat lebih canggih daripada yoga. Shalat adalah shalat. Shalat adalah ibadah dan bukan olahraga, dan apakah ibadah butuh pembenaran? *elus-elus jenggot. Kalau nggak mau yoga ya nggak usah, nggak apa-apa, tapi juga nggak usah klaim bahwa "gerakan yoga udah ada di dalam shalat" apalagi lebih canggih. Bikin sebel tauk.
Catatan: Argumen mengenai cocologi saya dapat dari kawan-kawan rahasia saya di dunia maya. You probably know who you are.
No comments:
Post a Comment