Sebagaimana sudah dibahas dalam “konsep”, tema acara yang
kami usung adalah simple cut-the-crap namun juga entertaining. Tema ini cukup
membuat pusing saya dan juga para vendor karena di luar standar. Beberapa hal
yang buat saya merupakan “crap” untuk di “cut” adalah:
- - Ganti baju dari akad nikah ke resepsi
- - Dengan tidak adanya hal di atas, kirab pengantin otomatis jadi tidak relevan juga
- - Dipajang di pelaminan
- - Antrian salaman
- - Group photo “wajib” untuk SETIAP kelompok keluarga dan pertemanan
Lalu untuk entertainment, hmm…mungkin sudah sangat jelas
bahwa saya sangat mencintai Argentine Tango. Maka saya bilang sama (waktu itu)
calon suami bahwa saya ingin menari di hari pernikahan saya, tapi masa nari
sama orang lain? Akhirnya dengan bujukan itu, sukses lah saya menyuruh dia
untuk belajar menari Argentine Tango. Akan tetapi kami diam-diam saja mengenai
rencana kami ini, sampai kira-kira sebulan sebelum acara, barulah kami
memberitahukan guru dan teman-teman sekelas. Inipun dipicu oleh kefrustrasian
saya mengarahkan vendor untuk acara yang aneh-aneh ini, ditambah ternyata saya
tidak ada waktu dan keahlian untuk membulatkan susunan acara yang rapi,
sehingga ketika ternyata ketahuan bahwa salah satu teman sekelas saya adalah
seorang wedding organizer (Nadiya wedding organizer), saya memutuskan untuk
memakai jasanya.
Obsesi suami untuk menampilkan wayang orang di acara
pernikahan juga baru terkonfirmasi kira-kira seminggu sebelum acara. Padepokan Wayang Orang Tjipto Budoyo dari
Muntilan, Yogyakarta adalah penampilnya.
Penampil satu lagi adalah Indah, teman sekelas di Tango yang
juga bisa belly dance. Waktu itu iseng aja saya tembak, apakah dia mau perform
atau tidak, dan ternyata dia mau! Hanya saja saya pastikan bahwa kostum dan
tarian tetap sopan.
Jadi acaranya pertama adalah akad nikah dengan tamu-tamu
keluarga, teman dekat dan tetangga. Susunan cukup standar: Rombongan mempelai
pria disambut oleh keluarga mempelai wanita, didudukan di meja pelaminan lalu
mempelai wanita dipanggil. Ijab Kabul berlangsung, dilanjutkan dengan sungkeman
dan foto keluarga. Setelah foto keluarga, di sini lah dansa Argentine Tango
oleh kedua mempelai ditampilkan dengan koreografi yang dibuat oleh guru kami
Neil Abaroea, dengan lagu pilihan kami theme song Cinema Paradiso. Diikuti
dengan penampilan wayang orang dengan lakon raja dan ratu. Habis itu harusnya,
band pesenan kami Wonderbra tampil, tapi karena alat-alat mereka terlambat
datang, jadi sempat kosong lah acara hiburan. Maka untuk mengisi, Neil diminta
untuk berdansa dengan saya, lalu habis itu ber-salsa dengan Indah salah satu
teman sekelas saya yang akan tampil juga hari itu.
Acara kedua, kalau bisa dibilang acara kedua, soalnya
semuanya bablas plong anyway, adalah resepsi dengan tamu-tamu kedua. Pada
dasarnya saat kami sedang ngobrol dan menyapa para tamu, tampillah Tari
Bambangan Cakil dari Padepokan Wayang Orang Tjipto Budoyo. Lalu setelah tarian
itu, kami menarikan kembali Argentine Tango yang tadi, diikuti dengan
penampilan belly dance dari Indah. Setelah itu, Wonderbra kembali bermain.
Untuk band, pesan saya dari awal hanya satu: jangan
gedumbrangan. Pokoknya jangan sampai pesta jadi berisik dan orang nggak bisa
menikmati pestanya, makan dan ngobrol dengan nyaman. Saya sebetulnya
membebaskan mereka untuk main lagu apapun asalkan nyaman untuk didengar, tapi
tentu saja mereka eksplorasi apa yang disukai oleh pengantin. Karena salah satu
personil band ini adalah teman dekat mempelai pria, dia tentunya sudah tau
selera musik dia: Naif dan Float (setidaknya itulah dua yang nggak
gedumbrangan). Untuk saya, ketika ditanyakan saya minta Latin dengan banyak
Bossa Nova (paling lembut, dan saya tahu ada Oom saya yang suka banget, juga
nadanya elegan dan “hipster”)
Dengan susunan acara seperti itu, feedback yang saya terima
adalah orang-orang senang dengan tarian-tariannya (semuanya), suasana sangat
santai, anak-anak terutama juga senang sekali dengan adanya tarian dan orang
tua tidak susah mengawasi si anak, karena kegiatan terpusat di dance floor.
Sayangnya tamu-tamu yang datang belakangan tidak kebagian acara tari-tarian.
Suasana yang santai terutama dikarenakan tidak adanya jeda antara akad dengan
resepsi, tidak adanya kirab pengantin dan pelaminan yang “open” (akan dijelaskan
di bagian dekor nanti) dimana pengantin dan ortu bisa kabur-kaburan dari
pelaminan dan orang bebas menghampiri pelaminan. Saya sempat touch up make up
sebentar, dan ketika meninggalkan maupun kembali ke pesta saya pun cuma
nyelonong aja, nggak pake ritual apapun dan tidak diumumkan oleh MC. Mempelai
pria pun cuek aja ditinggal dan ngobrol dengan tamu sendirian. Pokoknya santai
lah. Keseluruhan sangat memuaskan, dan kedua mempelai beserta tamu (ini tamu
saya yang bilang lho, beneran) masih bisa merasakan euphorianya (seriously can’t
get over it) bahkan hingga 48 jam setelah pesta selesai. A sign of a good
party.
No comments:
Post a Comment