Tuesday, February 7, 2012

Tonight's Sky is Pretty Amazing :) Thank you Google Sky Map

Bagi anda yang tidak keluar ruangan dan melihat ke langit malam ini, you missed out a great thing. Bulan terang banget dan bintang banyak yang nongol.

But then again, I'm probably a romantic.

Well if star gazing doesn't bring you romance, you missed out a great feeling. Just sayin'.

Pumbaa : Hey Timon, ever wonder what those sparkly dots are up there?
Timon : Pumbaa, I don't wonder, I know
Pumbaa : Oh, what are they?
Timon : They're fireflies. Fireflies that, uh... got stuck up on that big bluish black thing.
Pumbaa : Oh gee. I always thought they were balls of gas burning billions of miles away.
Timon : Pumbaa, with you, everything's gas

Masih nggak tertarik? Saya beritahu nih, ada cara baru yang bisa membuat anda menikmati memandangi bintang-bintang. Kalau sebelumnya anda tidak bisa menikmatinya, sekarang behold: Google Sky Map. Sebuah aplikasi android yang membantu anda mengidentifikasi rasi-rasi bintang, nama-nama bintang dan planet.

Pertama kali saya pakai beberapa bulan lalu. Habis acara ulang tahun teman di rooftop rumahnya, kami tiduran dan wah ternyata bintang-bintang bermunculan. Hm kesempatan menggunakan aplikasi yang belum pernah saya pakai sebelumnya. Wah kelihatan Orion sang pemburu, ditemani anjingnya. Karena baru pertama kali make, kami cukup lama membahas bintang mana yang mana. 
Saya teringat waktu kecil saya suka banget astronomi (astronomi bukan astrologi). Buku seri ilmu pengetahuan di rumah yang paling keliatan butut adalah yang astronomi karena sering banget saya buka-buka. Lalu saya ingat Betelgeuse adalah bintang besar berwarna merah. Dan ya, pundak kanan si Orion terlihat berwarna merah. Itulah Betelgeuse. Dari situ kita baru bisa 'membaca peta'nya secara lebih jauh. Sirius (ya, Sirius Black nya Harry Potter. Regulus dan Bellatrix juga nama bintang) adalah bintang paling terang di langit. Jupiter juga terlihat terang sekali. Ah senangnya menemukan kembali hobi masa kecil.

Sambil tiduran dan ngobrol, kami cukup lama menatap langit. Saya bergidik. Betapa luasnya alam semesta, betapa gelapnya, dan betapa sendiriannya warga bumi. Entah di jarak berapa juta tahun cahaya lagi ada mahluk hidup.

Kalaupun ada, seperti apa?

Bintang yang bisa kita lihat pun jauh sekali. Apa yang kita lihat itu bukan keadaannya sekarang, tetapi keadaannya beberapa juta tahun lalu. Cahaya bintang itu membutuhkan beberapa juta tahun untuk sampai ke bumi dan bisa kita lihat. Siapa tahu bintang itu sudah mati. Jangan-jangan tinggal bumi yang tersisa di alam semesta. Hiiyyyy serem kan. (yees you physicists can argue to that aaaall you want).

Sejak itu, menatap bintang-bintang menjadi sebuah ritual meditatif yang merupakan pengalaman spiritual buat saya. Saya diingatkan untuk rendah hati. Manusia, bukan siapa-siapa di alam semesta ini. Kita hanya mahluk yang sangat rapuh, dan kesepian. Le mere mortal. Forever Alone.