Sunday, December 25, 2011

Sherlock Holmes: A Game of Shadows

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
I still can't give more than three stars for this movie even though I have gotten over the 'adaptation flaw' (like I've mentioned in my review for the first movie) and enjoy it much more than the first one. Because this movie is still missing some elements that makes Sherlock Holmes so lovable; a curious event and deduction.

As I said in my previous review, this movie explores Holmes in his specific abilities such as undercover work and boxing. In this movie the two characteristic appears much much more than the book. Not sure if it is a good thing or not, but the movie becomes much more action than deduction. Probably then the movie becomes more enjoyable for more people.

No curious event to begin the story. Just a very 'big' plot to work. World war. I don't know why it's necessary to make Holmes the hero of Europe in such a big way.

But again, the movie is really really fun to watch. I'm just being a nosy Holmes fan.

Tuesday, December 20, 2011

Drive

Rating:
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
SPOILER ALERT
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Bukan hanya karena mungkin ada jalan cerita yang bocor di review ini, tetapi membaca pendapat saya mungkin akan mempengaruhi 'kenikmatan' anda menonton film ini.

Saya tidak menikmati film ini. Apparently we don't necessarily have to 'like' a 'good movie'. This movie is 'good' because it's an anti-thesis of a typical hollywood movie.

So I have a hollywood taste, sue me.

Nada yang dipasang di film ini adalah 'depresif', sepanjang film.

Laju film ini, lambat, bosen, gak sabar.

Adegan pacarannya, cheesy.

Violence: Tarantino level.

Ryan Gosling, harus menampilkan 'wajah batu' sepanjang film.

Setiap dialog, memiliki jeda 5 detik untuk balas-balasan.

Teknik menyupir mobil dalam heist, keren sih.

Alur logika cerita film, saya nggak nangkep dengan lengkap, cuma 60% lah

Tokoh utamanya gak bernama.

Overall impression: depressed.

After taste: depressed.

Wednesday, December 14, 2011

The Young Victoria (2009)

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Romance
Untuk film ini saya nyerah deh, I'm a weepy hopeless romantic! And I adore the handsome prince.

Tadinya agak gimana gitu mau nontonnya, karena film-film tentang kaum bangsawan biasanya tragis, penuh intrik dan bikin cemas dan sedih. Ternyata film ini setenang kolam bening. There's absolutely nothing to worry about. Happy ending! Intriknya pun lumayan "cemen" dan berhasil diatasi dengan baik.

Chemistry antara Emily Blunt dan Rupert Friend, dapet banget! You root for them and you got it in the end. They both are just sooo beautiful and so beautiful together.

Teruuus, sedikit personal nih, Paul Bettany! Absolutely love him (sejak nonton dia di film Wimbledon). Dia terlalu muda untuk tokoh yang dia mainkan tapi katanya pembuat film kesulitan mendapatkan pemeran yang cukup tua tapi 'sexy and good looking enough'. Oh! You betcha Paul Bettany is the right choice. He is super sexy, dan suaranya itu lho, siapakah yang bisa tidak jatuh hati pada suaranya JARVIS? Hahaha (JARVIS is Tony Stark's computer)

Pokoknya ini feel good movie banget deh, seperti dongeng-dongeng putri untuk gadis kecil. Tapi untuk orang dewasa tetap bisa dinikmati melihat Ratu Victoria naik tahta dan berusaha berpolitik dan mempertahankan kekuasaan. Still feel-good to see her empower herself.

And Prince Albert is just....such a... prince! Selain memang aslinya dia pangeran baik hati yang mencintai istrinya dan bijaksana dalam memerintah rakyat yah, the character was really really well played. Aksennya ya TUHAN! Not fair. Not fair. Mana boleh ada laki-laki semempesona itu sih!!! Jadi pingin marah.

Not fair, everything is too beautiful in this movie! Habis nonton film ini harus buka wikipedia dan bersyukurlah bahwa Victoria dan Albert tidak secakep Emily and Rupert. Fiuh!

Saturday, December 10, 2011

le catching up hitchcock movies

Percaya atau enggak, saya mulai nonton film Hitchcock untuk melihat baju-baju keren di film itu. "To Catch A Thief" disebut sebagai salah satu film yang wajib tonton sebagai referensi gaya oleh Nina Garcia di bukunya. Grace Kelly was playing in that movie.


Lalu saya nonton "Rear Window", another of Grace Kelly in a Hitchcock movie, another super stylish movie, dan di sinilah saya mulai kecanduan.


Bukan, bukan bajunya (saja), tapi juga kenikmatan filmnya, dan kebrilianan beliau menciptakan suspense yang terkesan effortless. Allow me to fill you in on several of my favorite.

Rear Window

The movie that got me into it. Ceritanya tentang seseorang yang karena patah kaki gak bisa ngapa2in sehingga terpaksa ngeliatin kegiatan tetangganya melalui jendela belakang rumahnya. Dia mencurigai bahwa terjadi pembunuhan di salah satu rumah tetangganya tapi nggak ada bukti. Film ini tegang banget tanpa ada adegan kekerasan yang brutal. Briliant.

Dial M for Murder
Ketegangan film ini justru karena kita cemas rencana si penjahat nggak berhasil. Betapa briliannya bukan!!!! Plot cerita diatur agar kita mengetahui rencana si penjahat dengan sangat mendetil, kemudian kita diajak ke eksekusinya yang menemui hambatan-hambatan kecil tapi fatal, dan kita dibuat tegang melihatnya karena kita tau detil rencana yang semestinya kaya apa.

Sejauh ini dua itu lah favorit saya dan membuat saya sangat kagum dengan sang sutradara. Film-film lainnya ceritanya tidak sebrilian itu, tetapi semuanya sangat nikmat untuk ditonton dan punya kebrilianan tersendiri. Sangat tegang, atau bikin curious (film-film bertemakan spionase). Saya gak berani nonton Psycho dengan full audio, suara saya matiin di adegan2 seremnya. Gak kuaaaatt, habisnya nonton sendirian sih.


Lalu saya mengira saya udah nonton semua film-film pentingnya Hitchcock ya, selain yang udah disebut di atas; Notorious, The 39 Steps, North by Northwest, Strangers on a Train (penting abis, menginspirasi beberapa cerita di serial TV detektif), The Lady Vanishes, Vertigo. Ternyata masih ada Rope, Spellbound, Rebecca dan Shadow of a Doubt.


Dan itu baru yang terkenalnya. Belum film2 lainnya yang gak begitu populer.

Ok got to go! Got some catching up to do!

Wednesday, December 7, 2011

Nonton film tapi yang dipelototin bajunya: Fashionable Films

Ya ya ya, Breakfast at Tiffany's. Hoaem. Bosen ah, eksplorasi saya udah lumayan jauh untuk menganggap style di film itu membosankan. Hehehe. Film-filmnya Hepburn memang dianggap fashionable tapi menurut saya sedikit yang applicable untuk kita sehari-hari, kebanyakan gaun-gaun over the top yang bikin drooling memang, tapi gak mungkin dipake buat besok ke kantor. Selain itu, karena gaun ya emang udah cakep dari sononya, jadi gak melibatkan 'kreativitas'.

Semenjak "The Devil Wears Prada", saya jadi agak terobsesi untuk tampil gaya. Nggak mungkin segaya tokoh-tokoh di film itu sih, ampun DJ, nggak kuat atuh kalo disuruh beli Hermes atau Chanel. Kayaknya sih yang terdorong oleh film itu bukan saya doang, soalnya perasaan semenjak film itu industri gaya-gayaan semakin menggila, dan terasa bahwa keinginan untuk tampil gaya semakin diakomodasi oleh industri, bukti bahwa permintaan pasar memang meningkat. Nina Garcia aja sukses jualan buku yang ngajarin cewek-cewek untuk tampil bergaya.

Salah satu korbannya saya. Kemudian dari bukunya Nina Garcia, obsesi saya terhadap film pun dimulai. Kok bisa?

Soalnya beliau ngajarin untuk nyari inspirasi dari film dan menyertakan daftar film-film yang menginsipirasinya. Dari situ, pe-er saya dimulai, dan ini adalah beberapa film yang fashionnya berkesan buat saya:

And God Created Woman (1956)


I'm no Brigitte Bardot, and I'll never make a shirtdress looked that hot, but I don't care, I want one!


Annie Hall (1977)


Kepingin banget wide-legged pants. Kemarin nyoba di Gap dan hasilnya gw keliatan bongsor berat, gara-gara pinggul dan pantat gw yang gede banget :'(

Inglourious Basterds (2009)


Eits jangan salah, kebanyakan filmnya Tarantino itu gaya abis loh (if you can get over the bloody parts). Untuk yang ini, saya paling suka adegan Shosanna Dreyfus duduk di cafe, baca buku, minum wine dan merokok. Topinya....*sigh*

Factory Girl (2006)


Ampe gak tau mau masang foto dari shot yang mana. Semuanya gaya abis.

Midnight in Paris (2011)

Shirtdress! Shirtdress! Damn shirtdress!

Tentunya masih banyak lagi yang menginspirasi gaya berpakaian dan beraksesori. Ini hanya segelintir saja yang saya ingat saat ini. Post ini akan terus saya edit jika teringat atau baru nonton film yang bagus. Tapi dari rajin nonton film yang tadinya demi ngeliat baju-bajunya aja, saya jadi senang nontonin berbagai film (lama maupun baru, berbaju gaya maupun enggak), terutama film-film 'landmark' yang sering jadi referensi pop culture. Yang jelas pengetahuan saya jadi nambah dan beberapa film sangat enjoyable, bukan cuma melototin bajunya doang. 

Sebaliknya sekarang kalau nonton film apapun, jadi merhatiin baju para tokohnya. Oh ya sutradara yang kayaknya cukup merhatiin aspek fashion di film-filmnya adalah Tarantino (Pulp Fiction -d'uh!-, Inglourious Basterds, Reservoir Dogs), Hitchcock (Rear Window, among others, semuanya keren sih), Woody Allen (Annie Hall, Midnight in Paris - baru nonton dua ini tapi keren banget sih yeee). So I'm gonna watch out for their movies.

Ada yang punya rekomendasi?

Sunday, December 4, 2011

Midnight in Paris

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Other
Adrien Brody brought a very amusing "Dali!" (as in Salvador Dali) in this movie. The one scene that I just don't forget and keep playing in my head.

I totally enjoyed the whole movie. Also, I can relate very well on the message; How we are never satisfied with the present and always reminiscing the glory of the past. I always consider the 70s, 80s and 90s are golden age. When the earth is not so crowded and simple things can be special. But as this movie is trying to say, the people who lived in your 'golden age' seems to consider other times as the golden age.

Also, I can also relate very well on imagining to meet all these great people from the past. I always imagine that I can go to the past and meet great people.

Two pluses: Rachel McAdams clothes are just... *tsk! simple but gorgeous, she dressed as she should be dressing in Paris, and Paris is of course... Paris.

Thursday, December 1, 2011

Crazy Stupid Love

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Romantic Comedy
Oh my f***ing God...sexualizing men? This is exactly how to do it.

Ladies, your man is Ryan Gosling.

No no no, it's not just the body. It's the whole package. Karakternya, shot-nya, scene-nya....

Guys, only now that I fully understand the whole Megan Fox and Angelina Jolie thing that you have.

Aside from the whole Ryan f***ing Gosling thing, this movie is really good. Ceritanya lumayan 'baru' untuk rom-com meskipun beberapa formula lama masih ditemui. Cukup segar kok. Misalnya, formula 'makeover' diaplikasikan pada Steve Carrel alih-alih pada seorang cewek. Selain itu ada beberapa formula lain yang tampil dengan segar. Love all the cast as well, aside from the obvious Ryan Gosling (have I said that name three times now?).

Oh ya, the "dirty dancing" move? it works... it does...

I ended up with a big stupid grin on my red face after watching this movie.

Saturday, November 12, 2011

The Rum Diary

Rating:
Category:Movies
Genre: Drama
Instead of putting the movie poster, I am putting my reaction to the movie:

This movie is so not my cup of tea.

Some people might like it though :) my boyfriend is an example. He loves it.

Wednesday, November 9, 2011

Cara membuat atau memperpanjang paspor sendiri, tanpa calo

Masuklah kantor imigrasi (jaksel, kalo yg lain saya nggak tahu) maka anda akan bingung, sama sekali gak tahu harus kemana dan ngapain. Pengalaman ini saya tulis untuk membantu anda-anda semua yang bersemangat mau mengurus paspor sendiri tanpa calo.

Pertama kali bikin paspor di kantor imigrasi tangerang, karena masih muda, anak bungsu dan anak mama, jadi sebagian besar pengurusan dibantu ibu saya, jadi saya nggak gitu inget langkah2nya. Saya cuma inget betapa jauhnya kantor tersebut dari rumah saya yang di pinggiran Jakarta Selatan tapi masuk kabupaten Tangerang.

Untungnya waktu harus perpanjang, entah sistem sudah berubah atau emang gitu dari dulu, perpanjangan bisa dilakukan di kantor imigrasi pilihan anda. Hore! Saya otomatis pilih Jaksel dong. Habis itu diomelin pacar saya, katanya 'ngapain di Jaksel, itu paling rame dan antri dan mahal'. Tapi karena saya udah kadung daftar online dan udah milih di situ yaa mau gak mau di Jaksel. Sangat disarankan untuk daftar online, karena berarti petugas gak perlu maukin lagi data2 anda. It is totally cutting a lot of crap system-wise. Anda bukan hanya membantu diri anda sendiri, tetapi juga banyak orang lain (petugas dan pendaftar lain yg gak melek internet). Jadi gini kalo daftar online:
1. Scan dulu semua berkas2 yg relevan (akte kelahiran/ijazah, paspor lama, KTP, kartu keluarga, surat sponsor, dll tergantung kebutuhan)
2. Masuk ke website imigrasi dan menu paspor online
3. Isi step by step data2 dan upload berkas. Oh ya, paspor 48H adalah ug normalnya, 24H untuk TKI. Jadi pilih yg 48 (kecuali anda TKI).
4. Habis itu pilih mau urus di kantor mana dan mau datang tanggal berapa. Pilihan yg anda buat harus dipatuhi, kalau ternyata sudah milih tanggal tertentu nggak taunya ga bisa dipatuhi, harus ulang dari awal langkah2 di atas.
5. Cetak tanda terima dan simpan baik2 untuk dibawa di hari H.

Oke, sekarang di tanggal pengurusannya, berangkatlah PAGI2 ke kantor imigrasi. Buka jam 8, datenglah setengah 8. Saya dateng kesiangan karena gak tau kantor yg di buncit lagi pindah sementara ke lebak bulus. Langkah2nya begini:
1. Fotokopi dulu semua berkas2 anda, ukuran a4 jangan dipotong. Berkas asli juga dibawa semua. Tanda terima dari pandaftaran online jangan lupa.
2. Sampai kantor imigrasi, langsung ambil nomor antrian. Saya sebetulnya agak ragu, kalau udah daftar online harus tetap antri atau tidak. Tapi karena ada bapak petugas yg nyuruh ambil nomor ya sudah ikuti saja deh.
3. Ke loket koperasi untuk beli map khusus yg warna kuning. Formulir tidak usah karena udah daftar online.
4. Habis itu nunggu nomernya dipanggil, masukin berkas. Dikasih semacam kertas untuk bayar ke kasir.
5. Pergi ke kasir serahkan kertas yg dari si petugas penerima berkas, bayar Rp. 255ribu, lalu dikasih kuitansi.
6. Sudah bayar, bawa kuitansi ke tempat foto. Serahkan ke petugas yg jaga di pintu tempat foto, nanti dikasih nomor antrian (lagi).
7. Nunggu dipanggil nomernya untuk foto dan wawancara. Habis foto dan wawancara, kuitansi dikembalikan untuk nanti ambil paspor dan dikasih tau hari apa harus datang untuk ambil.

Mengambil paspor jadi tidak begitu lama dan tidak susah.
1. Datang di hari yg diberitahukan, langsung ke loket pengambilan dan serahkan kuitansi ke petugas yg jaga.
2. Nunggu namanya dipanggil
3. Dipanggil lalu isi dan tanda tangan buku si petugasnya
4. Paspor diserahkan, lalu disuruh fotokopi dulu. Ada tukang fotokopi di kantor tsb.
5. Fotokopi paspornya, balikin ke petugasnya
6. Selamat, perjuangan anda selesai!

Semoga beruntung yaaa!

Monday, November 7, 2011

Sang Penari

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Romance
Harap diingat bahwa film ini hanya "terinspirasi dari" buku Ronggeng Dukuh Paruk dan bukanlah sebuah adaptasi setia. Understandably, bukunya panjang banget.....kalau mau diadaptasi sih jelas harus milih salah satu konflik aja untuk jadi sentralnya kalau mau bagus. Nah film ini, memilih untuk fokus pada kisah cinta Srinthil dan Rasus (dan politik per-PKI-an tahun '65, actually), jadi kritik pertama saya mungkin harusnya judulnya jangan "Sang Penari". Saya nggak gitu berani menarik kesimpulan bahwa gara-gara penulis naskah dan sutradaranya laki-laki maka film ini jadi ber-angle laki-laki sih (teringat kata-katanya Nia Dinata mengenai betapa bisa berbedanya angle cerita dalam film kalau yang ngerjain perempuan), tapi yup at the risk of that saya akan mengatakan bahwa buat saya film ini cukup "maskulin" (which is totally fine by the way, IF it was meant to be that way).

The angry leftist chick is back with her review, people! :p

Oke, sedikit latar belakang untuk menjelaskan subjektivitas saya dalam memandang film ini. Ronggeng Dukuh Paruk, meskipun ditulis oleh seorang laki-laki, merupakan cerita mengenai seorang wanita. Sang Ronggeng adalah tokoh sentral di cerita itu, dan itulah yang buat saya membuat ceritanya sangat "feminin". Ya memang, Srinthil pada akhirnya kepingin jadi ibu rumah tangga ketimbang 'wanita karier', not so feminist. Dan ya, Rasus si tentara gagah harus 'menyelamatkan' Srinthil di akhir cerita, not so feminist. But the feminist part is actually the centrality of the character. How everything else is build around her and not the other way around.

Agak sulit dijelaskan bagaimananya, tapi itu adalah satu hal yang saya nggak dapet di film. Saya kurang merasakan Srinthil dalam film itu. Film yang penuh dengan laki-laki: transformasi si Rasus, politikus komunis, si dukun ronggeng... Tidak terasa bagaimana semua itu dibangun di sekitar sang Ronggeng, namun yang kerasa adalah bahwa Srinthil ada di dalam lingkaran itu. Transformasi dan konflik kejiwaan tokoh yang lebih terasa juga adalah justru Rasus dan bukan Srinthil.

Lalu, filmnya cukup dramatis ala sinetron (dramatisnya doang yang sinetron kok, lain2nya kualitas film yang sangat oke berat, will get to that later). You know, bagaimana adegan dan musik dibuat untuk memeras emosi penonton. Adegan dramatis dimana Rasus mengejar Srinthil yang dibawa pergi sambil teriak-teriak "Srinthiiiiiiiil". You know, right?

Oh tapi saya nangis di adegan tempe bongkrek bukan karena filmnya, tapi karena pas baca bukunya juga udah nangis. I think it was a crazy batshit sad story.

Buuuut putting that aside, you know, if you come into the theater only for watching a good movie and not being a (nosy) feminist and intelectually (over)demanding and all that, you will find that this is an excellent movie.

Castnya sodara-sodara!!! Castnya!!!! A-MA-ZING! Keren semua. KE-REN SE-MU-A!!!!. Serius. Mending gw ga usah sebut siapa yang keren, karena semuanya keren. Bahkan Happy Salma yang cuma dapet beberapa menit di awal film aja sangat mengesankan. Keren.

Gambar dan lain-lain, I'm not an expert so I dunno how to judge in details, but everything is nicely done. Sama sekali bukan kualitas kacangan deh! Excellent. A definitely must watch movie :)

Sunday, September 4, 2011

cabut alis dan kedewasaan perempuan

Waktu kakak perempuan saya menikah, saya membantunya bersiap-siap. Salah satunya luluran di rumah. Waktu itu spa belum lumrah untuk kaum menengah seperti kami. Kemudian saya juga memperhatikannya sewaktu dirias. Si perias pengantin merapikan alisnya dan mencukur bulu-bulu di wajahnya. Kakak saya terlihat semakin cantik dan dewasa.

Sedari kecil pun, saya sering memperhatikan Ibu saya mencabut alis. Bahkan terkadang dimintai untuk mencabut alisnya. Bulu-bulu yang tumbuh di luar jalur harus dicabut satu-satu dengan menggunakan pinset.

Tapi Ibu melarang saya mencabut alis saya sampai saya menikah, yaitu sampai seorang perias pengantin melakukannya kepada saya.

Tapi saya bandel dan ketika SMA kelas 3 saya sudah mencabuti bulu-bulu yang keluar jalur alis saya. Wajah saya pun terlihat lebih dewasa (dan lebih cantik).

Awalnya saya heran, kenapa tidak boleh mencabut alis sampai menikah. Bukankah kalau kita terlihat lebih cantik lebih mudah mencari calon suami...? 

Taukah anda seberapa signifikannya bentuk alis bisa merubah wajah anda? Coba pergi ke Senayan City. Di lower ground dekat atm, ada salon khusus untuk cabut alis. Di situ bisa lihat sendiri seberapa pentingnya bentuk alis bagi penampilan. Memang katanya sih alasan tidak boleh cabut alis sebelum nikah adalah agar di hari pernikahannya si pengantin terlihat manglingi alias 'tiba-tiba menjadi amat sangat cantik'.

Wah saya pinginnya tiap hari keliatan cantik terus.. gak cuma di hari pernikahan (trust me it's not THAT important)

Tentunya alis yang tidak dicabuti punya tampilan 'perawan'. Wanita 'dewasa' memang lumrah terlihat dengan alis yang dicabuti. Penampilan mereka terlihat lebih 'polished' (tentu ditambah dengan make up, baju, dsb). Maka cabut alis pertama kali dianggap sebagai semacam rite of passage dari gadis menuju wanita dewasa. Masalahnya, nilai-nilai tradisional hanya membolehkan seorang gadis menjadi wanita dewasa melalui sebuah ritus lainnya yaitu pernikahan.

Mungkin saya nggak perlu bahas kali ya soal istilah gadis dan wanita...? Sudah tau kan?

Persoalannya, di jaman modern perempuan menikah lebih telat. Padahal ada peran-peran lain selain peran isteri yang mengharuskan mereka menjadi wanita dewasa dan bukan lagi gadis bau kencur. Yang saya maksud adalah peran mereka sebagai seorang profesional. Beberapa jenis pekerjaan mengharuskan si perempuan mempunyai cukup wibawa. Maka ia harus terlihat seperti perempuan dewasa. Ia harus mengenakan pakaian dewasa dan profesional, dan tentunya mengenakan make up (ya, make up adalah bagian dari penampilan profesional). Buat saya sih, mencabut alis adalah bagian penting dari penampilan tersebut.

Jadi di jaman ketika pernikahan bukan lagi satu-satunya penanda kedewasaan (meskipun sebetulnya dari dulu juga enggak. hhh, patriarki...), saya rasa sih sah-sah aja untuk mencabut alis sebelum menikah.

Wednesday, August 24, 2011

Fast Five

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
I'm going to admit.

I really f***in love this movie!!!

But first of all, a disclaimer. Before you watch this movie, to relate to the five stars that I gave it, please leave your smart-ass macho attitude at home. And definitely, definitely leave also any angry-leftist-chick attitude. Just sit back, and enjoy the entertainment. Just sit, and enjoy the cheesy dish. I assure you that the cheese is not overboard.

Now where do I start?

Let's see. If you are a fast furious franchise fan, you'll be happy to see that ALL THE GANGS ARE HERE!!! Eva Mendes (yeah, I must mention her first), Tyrese, Ludacris from 2F2F; Sung Kang from Tokyo Drift; and the usual Vin Diesel, Paul Walker, Jordana Brewster. Yes. The gang's are here. Except maybe for Michele Rodriguez.

Additionally, Dwayne Johnson. Him and Vin Diesel in one movie? Expect an empty hand battle.

So not only, it is a car race action movie.. it is also *gasp* a heist movie. And BRAZIL setting? And REGGAETON soundtrack? God, was this movie made for ME?? Yes, ok, this is a very subjective review. Don't care. Moving on.

Unlike probably most people, I'm a fan of the 2nd F&F. No excessive drama involves. It was just Paul Walker with his boyish mischievous smile and car racing. Just that. And that's why I love it. (Okay, maybe it was because of Eva too). Now I got exactly that from this 5th movie with multiple dosage extra an-equally-mischievious-minus-the-drama Vin Diesel! My God, I swear! I cannot stand Paul Walker's naughty boy smile when it comes to taking a car and race.

The lines was also just fun and witty. Absolutely not too much drama.

Also, at first, when you think that the movie is so America superiorism, there is one scene that finally answers to that disturbance. It was cheesy but necessary.

Logic? Dont' go there. You are not allowed to think about the logic of the story if you want to enjoy the movie.

My favorite line: "From who did you take that car from? Papa Smurf?"

Wednesday, August 10, 2011

raised not to like dogs, but now dying to have one

gara-gara siapa coba?

cesar millan

sejak nonton dog whisperer jadi pingin banget punya anjing dan menjadi 'calm and assertive pack leader' dan menerapkan formula 'exercise, discipline, affection - in that order'.

and lebih lagi, gw jadi tertarik mempelajari jenis-jenis anjing.

gw ga suka anjing imut, jadi yang pingin gw bahas di sini anjing gede semua, semua ini adalah hasil riset melalui google. bahasannya rada ga tentu arah ya, jangan berharap banyak lho :p

1. Doberman Pinscher

Anjing yang paling sering direkomendasikan sebagai anjing penjaga, dan memang sudah menyandang citra sebagai anjing galak. anjing ini buntutnya dipotong pendek untuk mencegah dia keserimpet dan kupingnya juga dipotong biar tegak agar pendengaran lebih tajam. di beberapa negara hal ini udah dilarang karena dianggap kekejaman. doberman sebetulnya gak serem kalau kupingnya jatuh alami. memang salah satu alasan kupingnya ditegakan adalah agar kelihatan tidak terlalu imut sebagai anjing penjaga atau anjing polisi. doberman adalah jenis anjing yang (katanya) sangat setia, protektif dan pandai.

2. German Shepherd (Herder)
Salah satu anjing yang populer dan terkenal serem dan galak. Biasa dipakai sebagai anjing polisi. Sangat pandai, setia dan protektif.

3. English Mastiff
Anjing guede. Menurut wikipedia anjing ini dideskripsikan pemiliknya sebagai 'their giant teddy bear'. Dia tenang, penyayang, santai, lembut, tapi bisa protektif juga.

4. Anjing Kintamani
Secara fisik, gw aslinya paling seneng anjing model serigala begini. karena breed lokal, harusnya sih ga susah didapat ya? dan mereka sangat menggemaskan.

5. Vizsla
Sebetulnya anjing berburu dan kayaknya ga mungkin bisa didapat di Indonesia. Gw tertarik karena dia nongol di salah satu episode dog whisperer. Di situ dia terlihat sangat cantik ketika berlari. Terus setelah gw wiki, ternyata dia tempramennya sangat manja dan maunya nempel ama tuannya. Gemes gak siiih?

Sayang sekali gw ga punya infrastruktur dan waktu untuk bisa piara anjing :( Dan jelas ga punya pengalaman juga. Dibesarkan di keluarga Muslim, tentunya gw diajarkan untuk tidak suka anjing. Agak sedih :( karena padahal dulu waktu masih kecil lah gw punya infrastruktur untuk piara anjing.

Bayangkan betapa kagetnya gw waktu lagi nonton dog whisperer nyokap komentar "Dulu kita punya tuh anjing yang item kayak gitu waktu mamih sama uwa masih kecil, anjingnya mbah namanya si Tommy, anjingnya uwa si Dorsey"


GRRRRR

Not fair! >:[