Saturday, November 12, 2011

The Rum Diary

Rating:
Category:Movies
Genre: Drama
Instead of putting the movie poster, I am putting my reaction to the movie:

This movie is so not my cup of tea.

Some people might like it though :) my boyfriend is an example. He loves it.

Wednesday, November 9, 2011

Cara membuat atau memperpanjang paspor sendiri, tanpa calo

Masuklah kantor imigrasi (jaksel, kalo yg lain saya nggak tahu) maka anda akan bingung, sama sekali gak tahu harus kemana dan ngapain. Pengalaman ini saya tulis untuk membantu anda-anda semua yang bersemangat mau mengurus paspor sendiri tanpa calo.

Pertama kali bikin paspor di kantor imigrasi tangerang, karena masih muda, anak bungsu dan anak mama, jadi sebagian besar pengurusan dibantu ibu saya, jadi saya nggak gitu inget langkah2nya. Saya cuma inget betapa jauhnya kantor tersebut dari rumah saya yang di pinggiran Jakarta Selatan tapi masuk kabupaten Tangerang.

Untungnya waktu harus perpanjang, entah sistem sudah berubah atau emang gitu dari dulu, perpanjangan bisa dilakukan di kantor imigrasi pilihan anda. Hore! Saya otomatis pilih Jaksel dong. Habis itu diomelin pacar saya, katanya 'ngapain di Jaksel, itu paling rame dan antri dan mahal'. Tapi karena saya udah kadung daftar online dan udah milih di situ yaa mau gak mau di Jaksel. Sangat disarankan untuk daftar online, karena berarti petugas gak perlu maukin lagi data2 anda. It is totally cutting a lot of crap system-wise. Anda bukan hanya membantu diri anda sendiri, tetapi juga banyak orang lain (petugas dan pendaftar lain yg gak melek internet). Jadi gini kalo daftar online:
1. Scan dulu semua berkas2 yg relevan (akte kelahiran/ijazah, paspor lama, KTP, kartu keluarga, surat sponsor, dll tergantung kebutuhan)
2. Masuk ke website imigrasi dan menu paspor online
3. Isi step by step data2 dan upload berkas. Oh ya, paspor 48H adalah ug normalnya, 24H untuk TKI. Jadi pilih yg 48 (kecuali anda TKI).
4. Habis itu pilih mau urus di kantor mana dan mau datang tanggal berapa. Pilihan yg anda buat harus dipatuhi, kalau ternyata sudah milih tanggal tertentu nggak taunya ga bisa dipatuhi, harus ulang dari awal langkah2 di atas.
5. Cetak tanda terima dan simpan baik2 untuk dibawa di hari H.

Oke, sekarang di tanggal pengurusannya, berangkatlah PAGI2 ke kantor imigrasi. Buka jam 8, datenglah setengah 8. Saya dateng kesiangan karena gak tau kantor yg di buncit lagi pindah sementara ke lebak bulus. Langkah2nya begini:
1. Fotokopi dulu semua berkas2 anda, ukuran a4 jangan dipotong. Berkas asli juga dibawa semua. Tanda terima dari pandaftaran online jangan lupa.
2. Sampai kantor imigrasi, langsung ambil nomor antrian. Saya sebetulnya agak ragu, kalau udah daftar online harus tetap antri atau tidak. Tapi karena ada bapak petugas yg nyuruh ambil nomor ya sudah ikuti saja deh.
3. Ke loket koperasi untuk beli map khusus yg warna kuning. Formulir tidak usah karena udah daftar online.
4. Habis itu nunggu nomernya dipanggil, masukin berkas. Dikasih semacam kertas untuk bayar ke kasir.
5. Pergi ke kasir serahkan kertas yg dari si petugas penerima berkas, bayar Rp. 255ribu, lalu dikasih kuitansi.
6. Sudah bayar, bawa kuitansi ke tempat foto. Serahkan ke petugas yg jaga di pintu tempat foto, nanti dikasih nomor antrian (lagi).
7. Nunggu dipanggil nomernya untuk foto dan wawancara. Habis foto dan wawancara, kuitansi dikembalikan untuk nanti ambil paspor dan dikasih tau hari apa harus datang untuk ambil.

Mengambil paspor jadi tidak begitu lama dan tidak susah.
1. Datang di hari yg diberitahukan, langsung ke loket pengambilan dan serahkan kuitansi ke petugas yg jaga.
2. Nunggu namanya dipanggil
3. Dipanggil lalu isi dan tanda tangan buku si petugasnya
4. Paspor diserahkan, lalu disuruh fotokopi dulu. Ada tukang fotokopi di kantor tsb.
5. Fotokopi paspornya, balikin ke petugasnya
6. Selamat, perjuangan anda selesai!

Semoga beruntung yaaa!

Monday, November 7, 2011

Sang Penari

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Romance
Harap diingat bahwa film ini hanya "terinspirasi dari" buku Ronggeng Dukuh Paruk dan bukanlah sebuah adaptasi setia. Understandably, bukunya panjang banget.....kalau mau diadaptasi sih jelas harus milih salah satu konflik aja untuk jadi sentralnya kalau mau bagus. Nah film ini, memilih untuk fokus pada kisah cinta Srinthil dan Rasus (dan politik per-PKI-an tahun '65, actually), jadi kritik pertama saya mungkin harusnya judulnya jangan "Sang Penari". Saya nggak gitu berani menarik kesimpulan bahwa gara-gara penulis naskah dan sutradaranya laki-laki maka film ini jadi ber-angle laki-laki sih (teringat kata-katanya Nia Dinata mengenai betapa bisa berbedanya angle cerita dalam film kalau yang ngerjain perempuan), tapi yup at the risk of that saya akan mengatakan bahwa buat saya film ini cukup "maskulin" (which is totally fine by the way, IF it was meant to be that way).

The angry leftist chick is back with her review, people! :p

Oke, sedikit latar belakang untuk menjelaskan subjektivitas saya dalam memandang film ini. Ronggeng Dukuh Paruk, meskipun ditulis oleh seorang laki-laki, merupakan cerita mengenai seorang wanita. Sang Ronggeng adalah tokoh sentral di cerita itu, dan itulah yang buat saya membuat ceritanya sangat "feminin". Ya memang, Srinthil pada akhirnya kepingin jadi ibu rumah tangga ketimbang 'wanita karier', not so feminist. Dan ya, Rasus si tentara gagah harus 'menyelamatkan' Srinthil di akhir cerita, not so feminist. But the feminist part is actually the centrality of the character. How everything else is build around her and not the other way around.

Agak sulit dijelaskan bagaimananya, tapi itu adalah satu hal yang saya nggak dapet di film. Saya kurang merasakan Srinthil dalam film itu. Film yang penuh dengan laki-laki: transformasi si Rasus, politikus komunis, si dukun ronggeng... Tidak terasa bagaimana semua itu dibangun di sekitar sang Ronggeng, namun yang kerasa adalah bahwa Srinthil ada di dalam lingkaran itu. Transformasi dan konflik kejiwaan tokoh yang lebih terasa juga adalah justru Rasus dan bukan Srinthil.

Lalu, filmnya cukup dramatis ala sinetron (dramatisnya doang yang sinetron kok, lain2nya kualitas film yang sangat oke berat, will get to that later). You know, bagaimana adegan dan musik dibuat untuk memeras emosi penonton. Adegan dramatis dimana Rasus mengejar Srinthil yang dibawa pergi sambil teriak-teriak "Srinthiiiiiiiil". You know, right?

Oh tapi saya nangis di adegan tempe bongkrek bukan karena filmnya, tapi karena pas baca bukunya juga udah nangis. I think it was a crazy batshit sad story.

Buuuut putting that aside, you know, if you come into the theater only for watching a good movie and not being a (nosy) feminist and intelectually (over)demanding and all that, you will find that this is an excellent movie.

Castnya sodara-sodara!!! Castnya!!!! A-MA-ZING! Keren semua. KE-REN SE-MU-A!!!!. Serius. Mending gw ga usah sebut siapa yang keren, karena semuanya keren. Bahkan Happy Salma yang cuma dapet beberapa menit di awal film aja sangat mengesankan. Keren.

Gambar dan lain-lain, I'm not an expert so I dunno how to judge in details, but everything is nicely done. Sama sekali bukan kualitas kacangan deh! Excellent. A definitely must watch movie :)