Monday, November 7, 2011

Sang Penari

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Romance
Harap diingat bahwa film ini hanya "terinspirasi dari" buku Ronggeng Dukuh Paruk dan bukanlah sebuah adaptasi setia. Understandably, bukunya panjang banget.....kalau mau diadaptasi sih jelas harus milih salah satu konflik aja untuk jadi sentralnya kalau mau bagus. Nah film ini, memilih untuk fokus pada kisah cinta Srinthil dan Rasus (dan politik per-PKI-an tahun '65, actually), jadi kritik pertama saya mungkin harusnya judulnya jangan "Sang Penari". Saya nggak gitu berani menarik kesimpulan bahwa gara-gara penulis naskah dan sutradaranya laki-laki maka film ini jadi ber-angle laki-laki sih (teringat kata-katanya Nia Dinata mengenai betapa bisa berbedanya angle cerita dalam film kalau yang ngerjain perempuan), tapi yup at the risk of that saya akan mengatakan bahwa buat saya film ini cukup "maskulin" (which is totally fine by the way, IF it was meant to be that way).

The angry leftist chick is back with her review, people! :p

Oke, sedikit latar belakang untuk menjelaskan subjektivitas saya dalam memandang film ini. Ronggeng Dukuh Paruk, meskipun ditulis oleh seorang laki-laki, merupakan cerita mengenai seorang wanita. Sang Ronggeng adalah tokoh sentral di cerita itu, dan itulah yang buat saya membuat ceritanya sangat "feminin". Ya memang, Srinthil pada akhirnya kepingin jadi ibu rumah tangga ketimbang 'wanita karier', not so feminist. Dan ya, Rasus si tentara gagah harus 'menyelamatkan' Srinthil di akhir cerita, not so feminist. But the feminist part is actually the centrality of the character. How everything else is build around her and not the other way around.

Agak sulit dijelaskan bagaimananya, tapi itu adalah satu hal yang saya nggak dapet di film. Saya kurang merasakan Srinthil dalam film itu. Film yang penuh dengan laki-laki: transformasi si Rasus, politikus komunis, si dukun ronggeng... Tidak terasa bagaimana semua itu dibangun di sekitar sang Ronggeng, namun yang kerasa adalah bahwa Srinthil ada di dalam lingkaran itu. Transformasi dan konflik kejiwaan tokoh yang lebih terasa juga adalah justru Rasus dan bukan Srinthil.

Lalu, filmnya cukup dramatis ala sinetron (dramatisnya doang yang sinetron kok, lain2nya kualitas film yang sangat oke berat, will get to that later). You know, bagaimana adegan dan musik dibuat untuk memeras emosi penonton. Adegan dramatis dimana Rasus mengejar Srinthil yang dibawa pergi sambil teriak-teriak "Srinthiiiiiiiil". You know, right?

Oh tapi saya nangis di adegan tempe bongkrek bukan karena filmnya, tapi karena pas baca bukunya juga udah nangis. I think it was a crazy batshit sad story.

Buuuut putting that aside, you know, if you come into the theater only for watching a good movie and not being a (nosy) feminist and intelectually (over)demanding and all that, you will find that this is an excellent movie.

Castnya sodara-sodara!!! Castnya!!!! A-MA-ZING! Keren semua. KE-REN SE-MU-A!!!!. Serius. Mending gw ga usah sebut siapa yang keren, karena semuanya keren. Bahkan Happy Salma yang cuma dapet beberapa menit di awal film aja sangat mengesankan. Keren.

Gambar dan lain-lain, I'm not an expert so I dunno how to judge in details, but everything is nicely done. Sama sekali bukan kualitas kacangan deh! Excellent. A definitely must watch movie :)

4 comments:

  1. simak wawancara Ahmad Tohari soal film Sang Penari di areamagz http://areamagz.com/article/read/2011/11/04/ahmad-tohari-bicara-sang-penari

    menarik juga kalo RDP dilanjutkan dng tokoh sentral si Goder... bgm ya kira2?

    ReplyDelete
  2. Hmm.. nggak setuju. Takutnya mengecewakan seperti kebanyakan sekuel. Contoh: sekuelnya Para Priyayi. Lalu, buat saya Ahmad Thohari udah mengakhiri novelnya dengan cukup bulat, tidak menyebabkan yang baca ingin tau lagi kelanjutanya.

    I'd rather not ruin it :)

    Mending memfilmkan karya-karya keren lain seperti Burung-Burung Manyar. That'd be awesome.

    ReplyDelete
  3. mau tau komentar dari Ahmad Tohari untuk filmnya, selain fakta bahwa filmnya bagus?
    "Film ini telah membunuh Srintil."

    ReplyDelete