Sunday, January 13, 2013

cerita olahraga saya

Dari sejak SMA sebetulnya gw suka berolahraga. Terima kasih pada guru olahraga SMA 70 yang paling epik yaitu Pak Waluyo! Gw fit banget waktu SMA, berolahraga minimal 3 kali seminggu, ditambah ekskul TLUP (Paskibra-nya 70), langganan majalah "Fit" (seriously!), berdiet, pokoknya fit deh!

Tentunya selepas SMA, kebiasaan baik ini hilang seiring dengan diri yang sedang berusaha beradaptasi menjadi mahasiswa. Waktu SMA berat badan gw 55 kg (yes, I am going to expose my weight in this post). Lulus kuliah membengkak ke 58, dan setelah 5 tahun kerja membengkak lagi ke..... *gasp... 63! (oh ya, tinggi badan gw 168 cm)

Sekitar setahun yang lalu sempat sukses agak kurus. Lupa berat badan berapa, tapi yang jelas pinggang berasa langsiiiiiing banget. Itu akibat fitness gila-gilaan 4-5 kali seminggu (di bawah pengawasan dokter olahraga loh), ditambah diet ketat. Itu dicapai dalam waktu 2 bulan saja. Jadi begini ceritanya, sahabat saya dari SMA ngambil spesialisasi kedokteran olahraga di UI. Tentunya saya memanfaatkan nasihat beliau secara gratisan. Di post terdahulu saya sudah menceritakan soal dr. Sophie dan resep manjurnya. Awalnya saya fitness 3 kali seminggu, tapi karena nggak sabar saya minta dinaikan 4-5 kali seminggu. Lalu juga ditambah diet ketat dengan sarapan dan makan malam diganti WRP. Gila-gilaan deh pokoknya. Lalu sebagaimana program apapun yang terlalu ngoyo dan perfeksionis, begitu mulai musim hujan dan nggak bisa nge-gym (ke gym biasa diantar naik motor) dan tumpukan pekerjaan yang heboh, gw mulai kehilangan sesi demi sesi nge-gym, dan karena ketidak'perfect'an sesi-sesi nge-gym tersebut, akhirnya gw menyerah sama sekali! Hm, so typical.

Another back story, gw sangat suka dansa tapi jarang mendapat kesempatan belajar. Sempat les salsa selama 6 bulan sekitar 3 tahun yang lalu. Tapi impian terbesar gw adalah belajar Argentine Tango. Beberapa bulan yang lalu akhirnya dapat juga info soal guru tango di Jakarta dari internet. Hah! So this is it, gw akan belajar tango. Langsung saya daftar privat sekali seminggu, ditambah boleh ikut kelas sekali seminggu secara gratis sebagai promo dari gurunya. Hehehe. Ketika mulai, berasa deh betapa nggak fitnya bodi ini. Balance parah, fleksibilitas parah, cardio payah, badan berasa berat (berat badan 63). Jadi saya mulai lagi program fitnessnya. Kali ini santai saja lah 3 kali seminggu, dan saya juga tidak lantas berhenti meskipun kehilangan 2 bahkan 3 sesi. Fitness teruuus! Kemudian kebetulan teman-teman pada ngajakin untuk kelas yoga dengan manggil guru privat. Langsung saya daftar ikutan dengan harapan dapat meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan saat belajar Tango. Jadi jadwal saya: tango 2x seminggu, gym 3x seminggu ditambah yoga 1x seminggu. Capek tapi gw hepi banget.

Oh ya, untuk diet, akhirnya pun gw mendapatkan resep diet yang efektif. Teman SMA saya juga, yang ambil spesialis gizi (Gosh, I'm so lucky), baru balik dari Belgia dan berbagi resep diet suksesnya yang berupa pola makan orang Eropa. Polanya: sarapan dikiiit (setara satu biji jajan pasar plus minum kopi), ngemil menjelang siang (boleh lebih padat dikit dari sarapan, setara misalnya 2 biji siomay), makan siang ringan (setengah porsi), lalu ngemil lagi sore (setara ngemil pagi), dan baru makan malam full kenyang! Pola makan ini sama sekali nggak nyiksa karena kita nggak merasa kelaparan. Waktu diet awal dengan WRP gw seringkali merasa kelaparan sekali di malam hari. Sedangkan dengan ini, kita tetap bisa makan kenyang di malam hari. Iya gw tau memang aneh, biasanya orang diet dengan skip makan malam, dan sarapan juga biasanya dianggap 'holy meal time', but this really works. Bonus: kita nggak merasa ngantuk saat jam kerja karena perut kita nggak kekenyangan. Logikanya adalah kita cut kalori dari sarapan padat bergizi seperti bubur ayam atau lontong sayur yang sebetulnya sangat menambah calorie count di akhir hari.



Bahkan dari jalan sebulan doang, mulai deh orang-orang notice bahwa saya mengurus (setelah 3 bulan secara berat sih gw turun 3 kg, jadi berat gw sekarang 60 kg, tapi noticably kehilangan banyak body fat). Gw sendiri sok nggak notice karena terlalu asyik dengan kegiatannya sendiri, sehingga hasil dari kegiatan itu malah gw nggak perhatikan. Dan so far, malahan yang begini yang tahan lama. Gw pun cuek aja ketika intensitas menurun; sekarang tango cuma sekali seminggu, yoga udah jarang ikutan kelas bareng temen2 karena kesulitan jadwal dan logistik (tapi tetap yoga sendiri di rumah). Tapi yang jelas itu tadi, kegiatannya yang dinikmati, sedang hasilnya belakangan, ditambah kita nggak menyiksa diri amat.

Yah begitulah, semoga tetap cemungudh eeaa qaqaaaq!

No comments:

Post a Comment