Thursday, August 1, 2013

Gerakan yoga sudah ada dalam shalat?

Siapapun yang bilang bahwa "gerakan yoga itu udah ada di dalam shalat", bakalan ane fentung!

Apakah shalat menyuruh Anda melakukan gerakan ini

Locust Scorpion Pose
www.fitsugar.com

 Atau ini

Peacock pose
www.yogaposeweekly.com


Atau ini

King Pigeon Pose
www.fitsugar.com


Sebagai seorang yogi yang meskipun pemula (enggak, gw gak bisa melakukan pose-pose di atas) tapi sedang tekun-tekunnya mempraktikan yoga, dan bener-bener merasa “dihajar” tiap habis sesi latihan (saat ini deltoid dan quad gw lagi sakiiiiit abis yoga kemarin), saya tiba-tiba sebal ketika teringat bahwa ada yang bilang bahwa “gerakan yoga udah ada di dalam shalat”.

Apanya!

Usut punya usut (google punya google), ternyata pernyataan itu asal muasalnya adalah dari sebuah buku berjudul Ketika Dokter Memaknai Shalat yang ditulis oleh dr. Bahar Azwar SpB Onk. Saya nggak tau sih isi buku itu apa, tapi usut punya usut (google punya google) poin-poin penting dapat ditemukan di blog ini.

Ah! Tipikal cocologi Islam. Cocologi, atau yang istilah kerennya Bucailleism adalah usaha untuk mencocok-cocokan agama (khususnya Islam), atau kitab suci (khususnya Qur’an) dengan fakta-fakta ilmiah. Kegiatan ini dipelopori oleh Maurice Bucaille dengan mempublikasikan buku berjudul The Bible, The Qur’an and Science yang bahwa pernyataan dalam Qur’an tidak berkontradiksi dengan sains dan bahwa isi Qur’an sesuai dengan fakta-fakta ilmiah. Ada banyaaaak sekali cocologi yang kita temui, dari yang “serius” tentang Teori Big Bang yang katanya sudah ada di Qur’an, perkembangan embrio yang katanya sudah ada di Qur’an, bumi bulat, 7 lapisan langit, sampai yang “aneh-aneh” kayak gambar satelit mengkonfirmasi bulan pernah terbelah, daging babi bahaya buat kesehatan, atau Neil Armstrong mendengar azan di bulan (eh itu masuk cocologi bukan yah?). Anyway, list cocologi (beserta debunk-nya) bisa ditemui di sini.

Mengutip blog ini, ada dua kata kunci dalam membahas cocologi; prediksi dan postdiksi. Cocologi adalah ilusi mereka yang merasa sedang melakukan prediksi, padahal sedang melakukan postdiksi. Temuan ilmiahnya ada dulu, baru kemudian diklaim cocok dengan kitab suci. Akan tetapi tidak pernah, berdasarkan kata-kata dari kitab suci, kemudian menghasilkan penemuan. Ya jelas, karena metode ilmiah harus mendasarkan hipotesis dari fakta dan fenomena yang diamati, baru kemudian melakukan berbagai pengujian untuk mengkonfirmasi hipotesis. Lalu ingat, bahwa sains selalu dapat dikoreksi. Sekarang misalkan sebuah teori sains sudah dianggap “sesuai” dengan sebuah ayat. Eh, tau-tau ternyata ada ilmuwan yang kemudian menemukan bahwa teori tersebut salah, dan menemukan fakta baru dengan penelitian yang dilakukannya. Lalu bagaimana? Sedangkan kitab suci semestinya berisi kebenaran absolut.

Ada banyak sekali orang yang senang dengan cocologi. Mereka tidak punya maksud jahat. Mereka tentu senang mendapat konfirmasi bahwa kitab suci agama yang dianutnya adalah benar, bahkan superior. Ini membuat mereka semakin semangat beribadah dan semakin yakin dengan kepercayaannya. Bagaimana bisa disalahkan? Akan tetapi di sini sains yang menjadi korban. Saya yang cuma urusan yoga aja bisa sebal, apalagi ilmuwan seperti Copernicus, Newton dan Einstein. Seperti saya yang lagi kesakitan otot hamstring dari latihan yoga, para ilmuwan ini bekerja keras untuk penemuannya. Sementara para cocolog meng-klaim kemenangan dengan mengatakan “oh itu sudah lebih dulu disebut di kitab suci”, sementara tidak satu pun pencapaian sains yang diapat dengan menggunakan kitab suci.

Ada baiknya berhenti melakukan cocologi meskipun kita pikir itu harmless. Kalau masih butuh konfirmasi sains dan pengakuan dari orang lain, mungkin Anda harus merenungkan kembali iman Anda. Anda shalat karena butuh olahraga atau karena perintah agama? Anda nggak makan babi karena takut cacingan atau karena perintah agama? Soal kenapa agama memerintahkan demikian, apakah Anda berhak mempertanyakan itu? Apakah Anda berani menilai kebenaran perintah Tuhan?

Balik ke yoga dan shalat, ada statement hebat di situ yaitu “shalat lebih canggih daripada yoga”. Masalahnya, lebih canggih dengan cara yang bagaimana itu tidak dijelaskan. Nah, kenapa saya nggak setuju. Ada beberapa hal

Pertama dari segi stretching…. Serius nih mau ngebandingin shalat sama yoga? Mendingan nggak usah kali ya?

www.athomeyoga.typepad.com

Kedua dari segi muscle endurance and strength, shalat sama sekali nggak ada gerakan yang menantang muscle endurance and strength. Gerakan shalat mungkin dianggap sama dengan yoga karena di yoga ada urutan pemanasan yang dinamakan Surya Namaskara atau Sun Salutation.

Gerakan Shalat
http://fitrianijafar.blogspot.com/2012/11/sunnah-sunnah-shalat.html
Sun Salutation
www.yogavibes.com

Bisa dilihat bahwa dalam sun salutation ada gerakan plank yang menantang core muscle, push up yang menantang lengan dan bahu, warrior yang menantang otot paha dan betis. Lebih jauh lagi, dalam yoga, cara melakukan pose benar-benar diperhatikan agar benar, dan semua otot diperhatikan dan dipakai. Dan mengapa muscle endurance and strength itu penting? Karena otot kuat, maka metabolisme tubuh semakin baik. Lebih jauh lagi, beberapa pose (yang tidak ada dalam shalat) bisa merangsang kelenjar hormon untuk berfungsi lebih baik. Dalam hal metabolisme misalnya, pose shoulder stand merangsang kelenjar thyroid yang menjalankan metabolisme.


Ketiga, balance. Shalat tidak melatih balance Anda.

Crow Pose
www.espn.go.com


Keempat, pernapasan. Di yoga, napas adalah satu-satunya yang bisa membuat bertahan. Kalau Anda nggak bisa atur napas dengan baik, wassalam. Berbagai pose dalam yoga membantu untuk lebih “terkoneksi” dengan pernapasan dan bagaimana napas mempengaruhi keadaan tubuh dan kesadaran, karena hanya dengan mengatur pernapasan lah kita bisa mencapai pose tersebut.

Hummingbird Pose
www.fitsugar.com

Kelima, manfaat cardio. Pernah ngos-ngosan karena shalat? Saya sih enggak. Tapi kalau yoga...hmm bisa sampe muka merah, netes-netes, ngos-ngosan, ampe matnya licin dah!

So, maaf ya kalau saya nggak setuju bahwa shalat lebih canggih daripada yoga. Shalat adalah shalat. Shalat adalah ibadah dan bukan olahraga, dan apakah ibadah butuh pembenaran? *elus-elus jenggot. Kalau nggak mau yoga ya nggak usah, nggak apa-apa, tapi juga nggak usah klaim bahwa "gerakan yoga udah ada di dalam shalat" apalagi lebih canggih. Bikin sebel tauk.

Catatan: Argumen mengenai cocologi saya dapat dari kawan-kawan rahasia saya di dunia maya. You probably know who you are.

No comments:

Post a Comment