Sunday, July 21, 2013

Tentang JJS di mall yang diganggu todongan sumbangan :)

Bagi para fellow Jakartans, pasti pernah menemui para penggiat sumbangan, entah itu di trotoar, jembatan penyebrangan, di mall atau dimana pun, tapi mostly di trotoar, jembatan penyeberangan atau di mall. Entah itu UNICEF, WWF, Greenpeace, yang minta sumbangan soal anak-anak, penyakit, lingkungan, apapun lah segala masalah di muka bumi ini. Masalah-masalah yang mengerikan dan tidak manusiawi, akan tetapi apakah itu membuat kita para kaum beruntung ini boleh diterror di ruang aman kita? Warning, I am going to be such a selfish bitch in this post.

Gak usah ngomongin para pengemis dan anak jalanan lah ya, yang kalau kata salah satu teman saya mereka “nyari makan dengan cara gangguin orang makan”. Kita bisa nggak habis-habis ngebahas soal itu yang masalahnya berlapis-lapis kayak bawang. Saya mau ngomongin para peminta sumbangan untuk organisasi-organisasi penggiat kemanusiaan atau lingkungan yang lebih mapan.

Ok, nggak ada salahnya dengan mencari sumbangan, sumbangan itu dibutuhkan agar organisasi tetap bisa berjalan dengan kegiatannya. Tetapi masalahnya dengan menodong sumbangan di trotoar, jembatan penyeberangan atau mall adalah, Anda sebetulnya nggak tau siapa yang Anda todong.

Sebagai contoh, saya sendiri. Saya kerja di bidang kehutanan dan lingkungan meskipun perusahaan tempat saya kerja profit oriented. Terkadang, kami kerja buat NGO. NGO membayar kami untuk melakukan berbagai pekerjaan yang penting untuk menyelamatkan hutan di Indonesia (du du du du du du du…. :p). Jadi, bayangin ketika saya dihentikan oleh para penggiat sumbangan dari WWF atau Greenpeace, yang bahkan kadang orangnya bukan dari WWF atau Greenpeace sendiri, akan tetapi sales person yang mereka bayar aja, untuk DIKULIAHI soal keadaan mengenaskan hutan atau binatang di Indonesia (seriously?!) terus ditodong menyumbang (dengan pushy) untuk dana project mereka (seriously?!).

Terus gimana kalau ditodongnya untuk hal lain, seperti anak-anak, pendidikan atau kesehatan. Excuse lain yang saya punya untuk hal ini adalah, well, ada begitu banyak masalah di muka bumi ini dan saya udah memilih satu (atau dua, atau tiga). Tidakkah saya berhak untuk boleh nggak memusingkan masalah lain dan membiarkan orang lain memecahkannya? Bukan berarti saya nggak mendukung lho, tapi resource masing-masing orang terbatas, dan mau nggak mau kita harus set prioritas. Nggak mungkin kita mau memecahkan semua masalah di muka bumi ini.

Hal lain adalah, apakah project-project si NGO itu sesuai dengan aspirasi kita dalam memecahkan masalah? Sebagai contoh, waktu itu saya pernah ditodong NGO yang ngurus anak jalanan (atau anak-anak yang nggak diinginkan, something like that, gw lupa) dengan memberikan mereka tempat berlindung, sekolah, yada yada. Pokoknya dari speech si orang itu, inti masalahnya yang gw tangkep adalah: orang-orang nggak mau KB, dan bahwa project si NGO ini adalah taking care of irresponsible people’s shit. Yes, they need to be taken care of, tapi enak banget yah, dan tidakkah ini membuat mereka jadi tetap irresponsible? Jadi gw tanya, gimana dengan sosialisasi soal KB, apakah termasuk dalam program? Dia bilang enggak.

I know what you’re probably thinking, kalo nggak mau nyumbang ya udah yu, nggak usah nyumbang, ngapain complain panjang lebar begini sih! Well, kalau Anda adalah salah satu orang yang pernah disetop orang-orang ini, Anda akan tahu betapa nggak nyamannya situasi yang Anda hadapi.

Pertama: Anda harus berhenti dan mendengarkan kuliah, padahal Anda lagi buru-buru, sibuk atau lagi santai nggak mau mikirin masalah dunia, karena dari Senin sampai Jumat Anda udah sibuk mikirin masalah dunia. Kuliah yang terkadang Anda nggak perlukan.

Kedua: Cara nodong sumbangannya nggak manusiawi. Sama sekali tidak menerapkan prinsip free, prior, informed consent. Setengah dipaksa, Anda berada di bawah tekanan untuk menyumbang, dan berada dalam posisi awkward untuk bilang Anda nggak mau, dan Anda diminta menjelaskan kenapa Anda nggak mau menyumbang. Whaaaat?

Ketiga: kalaupun Anda berhasil menolak untuk dihentikan, udah pasti itu dengan cara yang nggak sopan. Anda dipaksa untuk kasar dan nggak sopan sama orang, dalam hal ini, si sales person tersebut.

Yep, yep, all petty little problems yang kita kaum beruntung ini harus alami. Kita yang bukan spesies orangutan dan kita yang bukan anak jalanan ini. Menghadapi 10 menit awkward moment di jalanan! Oh! :D

Ada banyak masalah dengan menyumbang. Kalau kita udah kenal dengan yang namanya akuntabilitas (yaiks), kita akan khawatir tentang; bener nggak duit sumbangan dipake buat project, bener nggak project memberikan impact yang positif, bagaimana cara saya memeriksa semua itu? Sedangkan ini adalah salah satu hal yang tidak pernah ditawarkan oleh para penodong itu: How do I check on you?

Jadi sebetulnya masalah saya adalah, selain metode pemaksaan yang diterapkan orang-orang sales itu, mereka tidak memberikan informasi yang justru penting. Ok, tolong kasih tau: uang saya ini mau dipakai untuk apa persisnya (kegiatan apa, dimana), kenapa project itu penting dilakukan, dan bagaimana saya memeriksa larinya uang saya dan juga performance Anda?

Metode memaksa juga buat saya sangat nggak asik. Bisa nggak sih saya cukup dikasih informasi, bagaimana caranya saya menyumbang yang paling gampang (dan semoga tidak berupa charge bulanan di kartu kredit saya), silakan menyumbang jika saya mau, kalau mau pulang dulu dan pikir-pikir silakan, dan tidak ditodong on the spot seperti itu. Saya pikir itu akan sangat mengurangi ketidaknyamanan orang, dan orang akan lebih ikhlas mendengarkan “kuliah” yang ditawarkan, dengan mengetahui bahwa kebebasan masih kita miliki dan tidak terenggut ketika kita dihentikan dan mendengarkan kuliah tersebut. (Tentunya ini banyak berhubungan dengan metode “target” yang diterapkan saat meng-hire orang-orang sales).


Tidakkah itu membuat semua orang lebih nyaman? Atau apakah itu mengurangi jumlah sumbangan yang dikumpulkan?

2 comments:

  1. Ada juga yang sepemikiran ama gw.cuman gw nambahin opini sendiri aja.
    Kenapa musti panjang lebar ngoceh awal minta waktu 5 menit tp kan boong ujung ujungnya bisa sejam kali kalau kita nya dengerin Ama ngerespon tanya jawab pertanyaan.
    Kenapa ga langsung to the point' aja ga usah ngehadang jalan pake kalimat basa basi.langsung aja teriak bilang dipinggir jalan.

    Donasi WWF mari yang peduli!!

    ReplyDelete
  2. totslly agree.. dan saya benci ditelfon berpuluh2 kali sehari untuk dimintai sumbanganmeski maksundnya baik

    ReplyDelete