Sunday, October 6, 2013

Seri Kawinan #4: Acara

Sebagaimana sudah dibahas dalam “konsep”, tema acara yang kami usung adalah simple cut-the-crap namun juga entertaining. Tema ini cukup membuat pusing saya dan juga para vendor karena di luar standar. Beberapa hal yang buat saya merupakan “crap” untuk di “cut” adalah:
  • -          Ganti baju dari akad nikah ke resepsi
  • -          Dengan tidak adanya hal di atas, kirab pengantin otomatis jadi tidak relevan juga
  • -          Dipajang di pelaminan
  • -          Antrian salaman
  • -          Group photo “wajib” untuk SETIAP kelompok keluarga dan pertemanan

Lalu untuk entertainment, hmm…mungkin sudah sangat jelas bahwa saya sangat mencintai Argentine Tango. Maka saya bilang sama (waktu itu) calon suami bahwa saya ingin menari di hari pernikahan saya, tapi masa nari sama orang lain? Akhirnya dengan bujukan itu, sukses lah saya menyuruh dia untuk belajar menari Argentine Tango. Akan tetapi kami diam-diam saja mengenai rencana kami ini, sampai kira-kira sebulan sebelum acara, barulah kami memberitahukan guru dan teman-teman sekelas. Inipun dipicu oleh kefrustrasian saya mengarahkan vendor untuk acara yang aneh-aneh ini, ditambah ternyata saya tidak ada waktu dan keahlian untuk membulatkan susunan acara yang rapi, sehingga ketika ternyata ketahuan bahwa salah satu teman sekelas saya adalah seorang wedding organizer (Nadiya wedding organizer), saya memutuskan untuk memakai jasanya.

Obsesi suami untuk menampilkan wayang orang di acara pernikahan juga baru terkonfirmasi kira-kira seminggu sebelum acara.  Padepokan Wayang Orang Tjipto Budoyo dari Muntilan, Yogyakarta adalah penampilnya.

Penampil satu lagi adalah Indah, teman sekelas di Tango yang juga bisa belly dance. Waktu itu iseng aja saya tembak, apakah dia mau perform atau tidak, dan ternyata dia mau! Hanya saja saya pastikan bahwa kostum dan tarian tetap sopan.

Jadi acaranya pertama adalah akad nikah dengan tamu-tamu keluarga, teman dekat dan tetangga. Susunan cukup standar: Rombongan mempelai pria disambut oleh keluarga mempelai wanita, didudukan di meja pelaminan lalu mempelai wanita dipanggil. Ijab Kabul berlangsung, dilanjutkan dengan sungkeman dan foto keluarga. Setelah foto keluarga, di sini lah dansa Argentine Tango oleh kedua mempelai ditampilkan dengan koreografi yang dibuat oleh guru kami Neil Abaroea, dengan lagu pilihan kami theme song Cinema Paradiso. Diikuti dengan penampilan wayang orang dengan lakon raja dan ratu. Habis itu harusnya, band pesenan kami Wonderbra tampil, tapi karena alat-alat mereka terlambat datang, jadi sempat kosong lah acara hiburan. Maka untuk mengisi, Neil diminta untuk berdansa dengan saya, lalu habis itu ber-salsa dengan Indah salah satu teman sekelas saya yang akan tampil juga hari itu.



Acara kedua, kalau bisa dibilang acara kedua, soalnya semuanya bablas plong anyway, adalah resepsi dengan tamu-tamu kedua. Pada dasarnya saat kami sedang ngobrol dan menyapa para tamu, tampillah Tari Bambangan Cakil dari Padepokan Wayang Orang Tjipto Budoyo. Lalu setelah tarian itu, kami menarikan kembali Argentine Tango yang tadi, diikuti dengan penampilan belly dance dari Indah. Setelah itu, Wonderbra kembali bermain.

Untuk band, pesan saya dari awal hanya satu: jangan gedumbrangan. Pokoknya jangan sampai pesta jadi berisik dan orang nggak bisa menikmati pestanya, makan dan ngobrol dengan nyaman. Saya sebetulnya membebaskan mereka untuk main lagu apapun asalkan nyaman untuk didengar, tapi tentu saja mereka eksplorasi apa yang disukai oleh pengantin. Karena salah satu personil band ini adalah teman dekat mempelai pria, dia tentunya sudah tau selera musik dia: Naif dan Float (setidaknya itulah dua yang nggak gedumbrangan). Untuk saya, ketika ditanyakan saya minta Latin dengan banyak Bossa Nova (paling lembut, dan saya tahu ada Oom saya yang suka banget, juga nadanya elegan dan “hipster”)


Dengan susunan acara seperti itu, feedback yang saya terima adalah orang-orang senang dengan tarian-tariannya (semuanya), suasana sangat santai, anak-anak terutama juga senang sekali dengan adanya tarian dan orang tua tidak susah mengawasi si anak, karena kegiatan terpusat di dance floor. Sayangnya tamu-tamu yang datang belakangan tidak kebagian acara tari-tarian. Suasana yang santai terutama dikarenakan tidak adanya jeda antara akad dengan resepsi, tidak adanya kirab pengantin dan pelaminan yang “open” (akan dijelaskan di bagian dekor nanti) dimana pengantin dan ortu bisa kabur-kaburan dari pelaminan dan orang bebas menghampiri pelaminan. Saya sempat touch up make up sebentar, dan ketika meninggalkan maupun kembali ke pesta saya pun cuma nyelonong aja, nggak pake ritual apapun dan tidak diumumkan oleh MC. Mempelai pria pun cuek aja ditinggal dan ngobrol dengan tamu sendirian. Pokoknya santai lah. Keseluruhan sangat memuaskan, dan kedua mempelai beserta tamu (ini tamu saya yang bilang lho, beneran) masih bisa merasakan euphorianya (seriously can’t get over it) bahkan hingga 48 jam setelah pesta selesai. A sign of a good party.

No comments:

Post a Comment